Sabtu, 08 Januari 2011

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


     Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang berorientasi pada sejumlah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Tidak semata-mata hasil yang harus dicapai, tetapi bagaimana peserta didik cara mendapatkan hasil tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana yang dikatakan Richards (1987:274) bahwa strategi merupakan prosedur-prosedur yang dipakai dalam belajar, berpikir, dan sebagainya yang berfungsi untuk mencapai tujuan.
     Tujuan pembelajaran pada KTSP lebih menekankan pada proses. Sebagaimana yang diamanatkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2008 bahwa karakteristik proses bagian inti pemebelajaran meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
     Melihat penekanan pembelajaran pada KTSP tersebut maka pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning–CTL) merupakan strategi yang sangat sesuai diterapkan di kelas sehingga keterlibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran berjalan secara penuh.
     Peserta didik didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam CTL bukan sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar seagai proses belajar secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan peserta didik terjadi secara utuh. Belajar melalui CTL diharapkan peserta didik dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. Sebagaimana pendapat Sanjaya (2008: 255) bahwa CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
     Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Selaras dengan pendapat Sadtono (1987: 144 –147) bahwa strategi belajar mengajar menggunakan teknik-teknik yang dapat merangsang keaktifan pembelajar sehingga pembelajar belajar melalui pengalamannya, bukan penyajian guru.
Asas-asas CTL
     CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL  adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik sehingga mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal itu, tentunya dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning),  masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)